Senin, 01 September 2014

Cerita Tentang Bromo

Walau sudah banyak postingan dan foto tentang Bromo tapi rasanya beda ketika diri kita sendiri yang berada di lokasi tersebut. Sungguh indah Karya Ciptaan Tuhan. Tak habis2nya kata2 pujian kepada Sang Pencipta yang akan kita lontarkan saat melihat pemandangan di sana.

Saya sendiri hampir 2 tahun memendam keinginan untuk bisa menginjakan kaki di Bromo.
Dan ketika saat itu tiba....lumayan agak kurang persiapan juga...terutama untuk perlengkapan dinginnya. Gak pernah terbayangkan sebelumnya betapa dinginnya Gunung Bromo itu di saat musim kemarau.Tapi gak perlu kuatir karena di dekat2 lokasi banyak pedagang asongan yaang menjajakan perlengkapan dingin dengan harga yang terjangkau dan cukup ramah kepada pendatang.

Perjalanan saya mulai langsung dari jakarta tanpa menginap di sekitar gunung Bromo yang memang banyak sekali penginapan2 atau hotel di sana.
Tiba di Bandara Juanda jam 10 malam.. singgah sebentar di rumah kerabat untuk makan malam dan sekitar jam 12 malam berangakatlah kami menuju Bromo. Perjalanan yang santai kami tempuh dlm waktu 4 jam. Sebenarnya bs lbh cepat dari itu.... Sesampainya di kaki gunung Bromo kendaraan kami terus menanjak,menanjak dan menanjak sampai sempat kebablasan di batas akhir kendaraan pribadi tidak boleh masuk. Ternyata Jeep yang sudah kami pesan sdh menunggu 1 km di bawah. Jadi baliklaaah kami turun lagi, sementara jeep-jeep lain sudah mulai naik ke penanjakan untuk melihat sunrise. Sempat berkecil hati apakah kami masih keburu utk lihat sunrise sementara mereka naik, kami malah turun lagi krn jeep pesanan kami berada di bawah.

Tepat pukul 4 pagi kami bertemu dg driver jeep pesanan kami di pelataran parkir sebuah masjid. begitu turun dari mobil hawa dingin gunung Bromo langsung menerpa....Brrrrr....belum apa2 saya sudah menggigil.
Setelah deal soal harga sewa sebesar Rp. 600.000,- kami langsung naik mobil jeep dan akan diantar ke 4 lokasi. Drivernya sungguh ramah dan komunikatif. Handal setir jeep nya padahal tanjakan tajam dan kadang turunan tajam. Tiba di suatu gerbang kami harus membayar tiket masuk Rp.60.000,-/orang.

Dan kami langsung menuju penanjakan tempat menanti sunrise. Perjalanan yg sungguh menegangkan bagi saya. karena masih gelap gulita dan minim pencahayaan, ditambah kabut pula...kami bahkan tak tau ke arah mana jeep ini berjalan ketika jalanan menurun dan tiba di lautan pasir yang gelap gulita. Kami hanya bisa melihat sisi2 jeep atau lampu dr jeep lain...selebihnya gelaaap. setelah itu jalanan kembali menanjak. Cukup tajam tanjakannya...tp drivernya pinter banget...tanjakan dan kelokannya aduhai....
Tak lama kami sudah mulai melihat semburat2 merah di sisi kanan kami....Duuuh,....kayaknya gak keburu nih lihat sunrise. Tapi sepertinya driver mengerti kegundahan hati kami....entah mmg segitu batas kecepatan jeepnya apa mmg dia ngebut kami gak tau hehehe...tp yg jelas dgn kondisi tanjakan yang aduhai...gak mungkin bisa secepat itu tiba di penanjakan. Tapiiii...akhirnya driver bilaaaang...."Pak,Bu......di penanjakan ini aja...krn mataharinya sudah mulai keluar. Kalau kita naik lagi takut nanti gak keburu. Di sini juga tempat menanti sunrise." Saat itu kira2 belum jam 5 pagi.

Turunlah kami dari jeep..dan ikut bergabung dengan bbrp org yg sdh lebih dulu tiba. Lumayan banyak juga turis2 asing yang sudah sampai. Kami naik ke bukit kecil agar pemandangan bisa lebih leluasa....Daaaaan....semburat merah ituuuuuuu sungguh menggetarkan jiwa......

Kami heboh dengan foto-foto dan melawan kedinginan. Berbanding terbalik sengan turis2 asing...mereka dengan tenang dan tertib nenantikan sunrise. Sungguh mereka menikmati tiap detik perubahan semburat merah itu sampai sang mentari benar2 terlihat.


Setelah agak terang barulah terlihat pemandangan gunung bromo yang masih berselimutkan kabut.

Setelah puas dengan pemadangan dan foto2...kami pun melanjutkan perjalanan menuju pelataran gunung bromo yang masih terlihat separuh itu. Tak lupa mejeng dulu diantara jeep2 di pananjakan.....hahahaha.

Jalan menurun pun kembali kami tempuh dan tiba kembali di lautan pasir yang rupanya sudah kami lewati saat gelap gulita. Walau masih ada kabut tapi sudah mulai menipis dan sudah mulai terang jd kami bisa melihat ada apa di sekeliling kami. Motor...??? Ya...ada byk pengendara motor yang ikut naik dan melewati lautan pasir....pdhal pasti akan sangat sulit mengendarai motor di pasir.

Kira2 jam 5.30 pagi, tibalah kami di pelataran gunung bromo...dan kabut pun turun lg...jarak pandang tak sampai 1m ke depan. Setelah turun dari jeep bahkan kami tidak tahu harus kemana. kami tanya ke driver...ini mau ngapain Pak? Dia bilang naik ke kawahnya bu.... bisa jalan kaki atau naik kuda. Oooo...sambil bengong jalannya lewat mana??? wong pemandangannya putih semua....Lewat sana bu...sang driver menunjuk ke arah kanan.
Berjalanlah kami ke arah yang ditunjukkan...dan ternyata baru keliatanan keramaian orang2 yang mau naik ke kawah dan beberapa persewaan kuda, bagi yang gak ingin jalan kaki ke atas.
Kami memilih untuk jalan kaki sesampainya hehehe.....
Tuh kan kabutnya .... Nanjak dan nanjak sampai di puncak kawah sana..jauh yaaa. Dan kami pun gak sampai ke kawah bahkan tangga menuju kawah tidak karena tiba2 belerang turun diikuti dgn kabut tebal dan oksigen yang semakin menipis. Maka kami pun memutusskan untuk segera turun kembali.
Bau belerang mewajibkan kami untuk pakai masker
Ketika kabutnya menghilang sejenak.....KEREEEEN KAAAAN.....!!!

Next.....kami dibawa ke Padang Savana dan di sana ada perbukitan yang dikenal dengan nama bukit Teletubies....mungkin karena bentuk bukit2nya yang seperti bentuk bukit di film anak2 teletubies...hahaha
Bukti kalau sudah sampai di Padang Savana
Tuh kan bukitnya mblenduk2 seperti di film teletubies....hahaha. Dan maaf saudara2, dinginnya masih minta ampuuun
Lanjuuuuuut.......jalan lagi lewat padang pasir...dan tibalah di....Pasir Berbisik
Hamparan pasir yang seolah tanpa batas dan dikelilingi oleh gunung2.....masih sedikit tertutup kabut....Ambooooiii.....entah mau ucap apalagi tentang keindahan ini.
Konon katanya dinamakan Pasir Berbisik karena tempat ini pernah dijadikan tempat syuting sebuah film Indonesia yang disutradarai oleh Garin Nugroho dan berjudul Pasir Berbisik. Sejak saat itu tampat ini dinamakan Pasir Berbeisik.

Naaaaah....Panjang deh ceritanya.....padahal masih ada satu tempat yang terlewatkan dikunjungi saat itu..yaitu Pura Agung, yang berada di dekat pelataran pasir ketika akan naik ke kawah. Waktu itu kondisi kabut tebat sehingga tempat itu tidak terlihat....

Semoga suatu saat bisa kembali ke sini lagi dan kembali menikmati keindahannya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar